Sabtu, 01 Januari 2011

Manfaat Menimbang Bayi di POSYANDU

 
Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan. Penimbangan bayi dan balita dilakukan setiap bulan mulai umur 1 bulan sampai 5 tahun di Posyandu. Setelah bayi dan balita ditimbang, catat hasil penimbangan dibuku KIA (kesehatan ibu dan anak) atau KMS (kartu menuju sehat), maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak naik (lihat perkembangannya).

Manfaat penimbangan balita setiap bulan di Posyandu.
a.       Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat.
b.      Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita.
c.       Untuk mengetahui balita yang sakit, berat badan 2 bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat sehingga dapat segera dirujuk ke puskesmas.
d.      Untuk mengetahui kelengkapan imunisasi.
e.       Untuk mendapatkan penyuluhan gizi.

Memberi ASI Eksklusif


Bayi diberi ASI eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain.
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. ASI pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan(kolostrum), sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit.
Yang perlu diperhatikan untuk membantu keberhasilan pemberian ASI eksklusif adalah dukungan suami,orang tua,ibu mertua,dan keluarga lainnya sangat diperlukan agar upaya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan bisa berhasil

Indikator PHBS di Rumah Tangga


Guna mengukur keberhasilan pembinaan PHBS di rumah tangga maka perlu ditentukan indicator keberhasila. Indicator adalah suatu petunjuk yang membatasi focus perhatian suatu penilaian. Secara umum indicator PHBS di rumah tangga dibagi menjadi beberapa indicator masukan, proses, dan keluaran. Indicator masukan berkaitan dengan penunjang pelaksanaan PHBS di rumah tangga. Indicator proses menggambarkan bagaimana kegiatan PHBS di rumah tangga berjalan dan indicator keluaran menggambarkan hasil kegiatan pembinaan PHBS di umah tangga.

            Indikator masukan
a.       Adanya kebijakan penyelenggaran PHBS di rumah tangga mulai provinsi, kabupaten/ kota, kecamatan, dan kelurahan/ desa.
b.      Adanya dukungan kebijakan untuk sepuluh indicator PHBS.
c.       Adanya pembiayaan kegiatan PHBS dirumah tangga dari desa atau kelurahan, kecamatan, dan kabupaten/ kota baik bersumber dari pemerintah, swasta, dunia usaha, maupun dari swadaya masyarakat.
d.      Adanya kader yang telah dilatih PHBS dirumah tangga.
e.       Adanya kader aktif yang membina PHBS di rumah tangga.
f.       Adanya media pendukung untuk pembinaan PHBS di rumah tangga.

Indikator Tunggal
Indikator keluaran dibagi atas indicator tunggal PHBS dan indicator komposit PHBS yang disebut sebagai rumah tangga.
a.          Persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
b.         Persentase memberikan bayi ASI Eksklusif.
c.          Presentase menimbang bayi dan balita.
d.         Presentase menggunakan air bersih.
e.          Presentase mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
f.          Presentase menggunakan jamban sehat.
g.         Presentase memberantas jentik di rumah.
h.         Presentase memakan buah dan sayur setiap hari.
i.           Presentase melakukan aktivitas fisik setiap hari. 
j.     Presentase tidak merokok di dalam rumah.

PHBS - Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia di berbagai bidang kehidupan mengakibatkan pola kehidupan masyarakat diantanya bidang kesehatan. Dengan berkembangnya paradigm “Sehat-Sakit”, saat ini telah terjadi pergeseran, antara lain : perubahan upaya kuratif menjadi upaya prefentif dan kuratif, dan segi kesehatan menjadikegiatan penemuan kasus yang bersifat aktif. Hal ini akan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk ikut berperan serta secara aktif dalam upaya peningkatan status kesehatannya.
Masa globalisasi menurut adanya perkembangan dan perubahan di segala bidang salah satu diantaranyaadalah bidang kesehatan. Dengan berbagai inovasi yang dilakukan dibidang kesehatan, perubahan bidang ilmupengetahuan dan teknologi, maka terjadi peningkatan usia harapan hidup warga Indonesia dan ini memberikan dampak tersendiri dalam upaya peningkatan derajat/status kesehatan penduduk.
Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bagsa Indonesia untuk mencapai peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan hakekat pembangunan kesehatan yang termuat didalam Sistim Kesehatan Nasional (SKN) dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Agar tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal, diperlukan partispasi aktif dari seluruh anggota masyarakat bersama petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan telah diberlakukannya UU No.23 tahun 1992, yaitu pasal 5 yang menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat keehatan perorangan, keluarga dan lingkungan.
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengalaman masalah kesehatan sampai penanggulangan masalah dengan melibatkan individu, keluarga dan kelompok dalam masyarakat.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan bekerja denga individu, keluarga dan kelompok di tatanan pelayanan kesehatan komunitas, serta sebagai salah satu upaya menyiapkan tenaga bidan professional dan mempunyai potensi kebidanan secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai, maka mahasiswa program Study D3 Kebidanan, Akademi Kebidanan Mandiri Gresik melaksanakan praktek Klinik Kebidanan Komunitas di Desa Manyar Sidorukun Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik menggunakan 3 pendekatan, yaitu pendekatan keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pendekatan keluarga dilakukan dengan cara setiap mahasiswa mempunyai satu keluarga binaan. Dengan resiko tinggi sebagai kasus keluarga yang terbesar di Desa Sidorukun Manyar. Pendekatan secara kelompok dilakukan dengan cara pembentukan kelompok kerja kesehatan, memberdayakan kader kesehatan dan PKK. Dengan pendekatan dari masing-masing komponen diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih nyata kepada masyarakat. Sedangkan pendekatan masyarakat sendiri dilakukan melalui kerja sama yang baik dengan instansi terkait, Pokjakes dan seluruh komponen Desa untuk mengikutsertakan warga dalam upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan. Masyarakat yang dimotori oleh Pokjakes diharapkan dapat engenal masalah kesehatan yang terjadi di wilayahnya, membuat keputusan tindakan kesehatan bagi anggota keluarga atau masyarakatnya, mampu memberikan perawatan, menciptakan lingkungan serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di Masyarakat.
Selain itu, selama proses belajar klinik di komunitas, mahasiswa mengidentifikasi populasi dengan resiko tinggi dan sumber yang tersedia untuk bekerja sama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi perubahan komunitas dengan penerapan proses perawatan komunitas dan pengorganisasian. Harapan yang ada, masyarakat akan mandiri dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger | Printable Coupons